Herodotus: Menelusuri Jejak Sejarawan Pertama Dunia yang Menulis Sejarah Zaman Kuno

Herodotus: Menelusuri Jejak Sejarawan

Herodotus: Menelusuri Jejak Sejarawan –  Nama yang pasti tidak asing di dunia sejarah, kan? Tapi, siapa sih sebenarnya Herodotus itu? Kenapa dia begitu penting? Kalau kamu masih bingung, yuk kita telaah lebih dalam tentang orang yang bisa di bilang sebagai father of history atau bapaknya sejarah ini. Jangan cuma sekadar tahu, tapi paham banget kenapa Herodotus sampai bisa di sebut sebagai pelopor dalam menulis sejarah zaman kuno.

Siapa Sebenarnya Herodotus Itu?

Herodotus: Menelusuri Jejak Sejarawan – Herodotus lahir sekitar tahun 484 SM di Halicarnassus, yang sekarang bagian dari Turki. Di kenal sebagai orang yang punya rasa penasaran yang tinggi, Herodotus melakukan perjalanan ke berbagai tempat, mulai dari Mesir, Persia, hingga Yunani https://www.nagoyasushihibachi.com/. Nah, perjalanan itulah yang jadi bahan bakarnya untuk menulis sejarah.

Bukan cuma soal mencatat peristiwa besar, Herodotus menulis dengan cara yang sangat unik untuk zamannya. Bukan cuma sekadar laporan, dia mengumpulkan cerita-cerita dari berbagai orang, baik itu yang dia temui langsung, atau yang dia dengar dari berbagai sumber. Herodotus bukan hanya seorang sejarawan, dia juga seorang pelancong yang punya kemampuan menceritakan kisah dengan cara yang menarik. Jadi, jangan heran kalau hasil karya dia berjudul Historia, yang artinya “penyelidikan” atau “penyelidikan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi.”

Menulis Sejarah yang Berbeda

Nah, inilah yang menarik. Di masa Herodotus, menulis sejarah bukanlah hal yang biasa. Banyak sejarawan zaman itu yang hanya menulis tentang perang-perang besar atau kerajaan yang sedang berkuasa. Tapi Herodotus? Dia menulis tentang banyak hal: kisah kerajaan Persia yang besar, konflik dengan Yunani, hingga kebiasaan-kebiasaan aneh dari masyarakat yang dia temui. Bagi dia, sejarah bukan cuma soal data dan angka, tapi juga soal cerita manusia—tentang apa yang mendorong mereka untuk berperang, berbudaya, dan bertahan hidup.

Dia enggak cuma nulis fakta, tapi juga berusaha memberikan konteks dan pemahaman. Bahkan kalau kamu baca tulisannya, sering banget ada opini atau analisis pribadi yang menurut dia bisa menjelaskan kenapa suatu peristiwa terjadi. Tentunya, ini sangat berbeda dengan cara sejarawan sebelum-sebelumnya yang lebih bersifat kronologis atau datar aja.

Kontroversi dalam Karya Herodotus

Herodotus itu orangnya kritis, tapi enggak semua yang dia tulis dianggap benar. Banyak kalangan yang menganggap karyanya itu penuh dengan mitos dan cerita yang belum tentu akurat. Sebagai contoh, beberapa kisah tentang dewa-dewi Mesir atau cerita tentang monster-monster yang katanya ada di dunia kuno, bikin banyak orang meragukan validitas tulisan Herodotus. Tapi, itulah yang membuat karyanya menjadi begitu menarik!

Kalau kamu baca sejarah dari sudut pandang Herodotus, kamu bakal sadar satu hal: sejarah itu enggak pernah hitam-putih. Kadang, fakta itu bisa sangat subjektif, tergantung siapa yang menulis dan bagaimana dia melihat dunia di sekitarnya. Herodotus menulis dengan cara yang humanis, mencoba memahami orang-orang di masanya, meskipun dia nggak selalu benar.

Herodotus: Sejarawan yang Dikenang

Penting banget untuk kita paham, meskipun Herodotus mungkin enggak selalu akurat dalam menulis sejarah, dia adalah orang pertama yang mencoba mengorganisir peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah dunia dalam bentuk yang lebih sistematis dan naratif. Bayangin aja, tanpa Herodotus, kita mungkin enggak akan bisa mengakses cerita-cerita penting tentang Persia, Mesir, dan Yunani yang begitu melegenda.

Bahkan, meskipun karyanya mungkin enggak sempurna slot bet 200 perak, tapi Historia milik Herodotus masih jadi acuan dasar buat sejarawan yang datang setelahnya. Gaya penulisan sejarah Herodotus membuka jalan bagi banyak sejarawan modern untuk menulis sejarah dengan cara yang lebih naratif dan mengandung konteks budaya.

Jadi, Kenapa Kita Harus Peduli Sama Herodotus?

Herodotus enggak cuma menulis tentang sejarah peradaban kuno, tapi dia juga mengajarkan kita satu hal yang sangat penting: bahwa sejarah bukan hanya tentang angka dan fakta yang kaku. Sejarah itu cerita, tentang manusia, tentang motivasi, emosi, dan alasan di balik setiap tindakan. Tanpa Herodotus, kita mungkin tidak akan memahami bagaimana dunia kuno berfungsi—dan lebih penting lagi, kita mungkin kehilangan pelajaran-pelajaran penting yang bisa kita ambil dari masa lalu. Jadi, kalau kamu berpikir sejarah itu cuma soal data yang membosankan, coba deh baca karya-karya Herodotus. Karena dia, sejarah bukan cuma tentang mengingat apa yang sudah terjadi, tapi juga tentang mencoba memahami kenapa hal itu bisa terjadi.

Biografi Tokoh Herodotus Sang Sejarawan Pertama Dunia

Biografi Tokoh Herodotus

Biografi Tokoh Herodotus – Herodotus adalah seorang penulis dan ahli geografi Yunani yang di anggap sebagai sejarawan pertama dunia.

Sekitar 425 SM, Herodotus menerbitkan karya besarnya, sebuah catatan panjang tentang Perang Yunani-Persia yang di sebutnya “The Histories”. Menurut bahasa Yunani, “historie” artinya “penyelidikan”.

Sebelum Herodotus, tidak ada penulis yang pernah melakukan studi sistematis dan menyeluruh tentang masa lalu atau mencoba menjelaskan sebab-akibat dari peristiwa Perang Yunani-Persia.

Setelah Herodotus, analisis sejarah menjadi bagian tak terpisahkan bonus new member dari kehidupan intelektual dan politik. Para sarjana telah mengikuti jejak Herodotos selama 2.500 tahun.

Masa muda

Menurut catatan sejarah biografi tokoh dunia seperti yang di lansir dari History, Herodotus lahir sekitar 485 SM di kota Yunani Halicarnassus, pusat perdagangan yang ramai di pantai barat daya Asia Kecil.

Dia lahir dari keluarga pedagang Yunani-Caria yang kaya dan kosmopolitan.

Pada pertengahan abad ke-6 SM, Halicarnassus menjadi satrapy atau provinsi  Kerajaan Persia dan di perintah oleh tiran Lygdamis.

Keluarga Herodotus menentang aturan Lygdamis dan di kirim ke pengasingan di pulau Samos.

Ketika dia masih muda, Herodotus kembali sebentar ke Halicarnassus untuk mengambil bagian dalam pemberontakan anti-Persia yang gagal. Namun, setelah itu ia tidak pernah kembali lagi ke kota asalnya.

Asal Usul “The Histories” oleh Herodotus

Alih-alih menetap di satu tempat, Herodotus menghabiskan hidupnya bepergian dari satu wilayah Persia ke wilayah lain.

Dia menyeberangi Mediterania ke Mesir dan melakukan perjalanan melalui Palestina ke Suriah dan Babilonia.

Dia menuju ke Makedonia dan mengunjungi semua pulau di Kepulauan Yunani, Rhodes, Siprus, Delos, Paros, Thasos, Samothrace, Kreta, Samos, Cythera dan Aegina.

Baca juga: Pekan Depan, Polisi Tidak Akan Tilang Manual Pengendara di Jalan

Dia berlayar melalui Hellespont ke Laut Hitam dan terus berjalan sampai dia mencapai Sungai Danube.

Sepanjang perjalanannya, Herodotus mengumpulkan segala sesuatu dengan metode yang ia sebut “otopsi” atau “pertanyaan pribadi”. Dia mendengarkan mitos dan legenda, mencatat sejarah lisan dan membuat catatan tentang tempat dan hal-hal yang dia lihat.

Ketika Herodotus tidak sedang bepergian, dia kembali ke Athena. Di sana ia semacam selebriti.

Dia memberikan bacaan di tempat umum dan mengumpulkan biaya daripejabat untuk penampilannya.

Pada 445 SM, orang-orang Athena memilih untuk memberinya hadiah slot gacor 10 talenta atau hampir 200.000 dollar AS (Rp 2,9 juta) dalam bentuk uang hari ini, untuk menghormatinya atas kontribusinya pada kehidupan intelektual kota.

“The Histories” oleh sejarawan pertama Herodotus

Herodotus menghabiskan seluruh hidupnya mengerjakan hanya satu proyek, yaitu kisah tentang asal-usul dan pelaksanaan Perang Yunani-Persia (499–479 SM) yang di sebutnya “The Histories”.

Dari karya Herodotus manusia modern mendapatkan arti dari kata “sejarah”.

Sebagian “The Histories” adalah kisah langsung tentang perang.

“Inilah kisahnya,” pekerjaan di mulai, “penyelidikan Herodotus dari Halicarnassus agar perbuatan manusia tidak terhapus oleh waktu, dan bahwa karya-karya besar dan ajaib, baik dari orang Yunani maupun orang barbar, tidak hilang.”

Itu juga merupakan upaya untuk menjelaskan konflik, “untuk menunjukkan apa yang menyebabkan mereka berkelahi satu sama lain,” kata Herodotus, dengan menjelaskan pandangan dunia tentang kekaisaran Persia.

Sebagian besar dari yang masyarakat dunia kini ketahui tentang Battle of Marathon, berasal dari Herodotus, menurut catatan sejarah “The Histories”, juga memasukkan observasi dan cerita, baik faktual maupun fiksi, dari perjalanan Herodotus.

Para penulis sebelumnya telah menghasilkan apa yang di sebut Herodotus sebagai “logographies”, yang kini kita kenal sebagai travelogues atau catatan perjalanan, cerita-cerita yang tidak berhubungan tentang tempat-tempat dan orang-orang, dari keseluruhan narasi.

Namun, oleh Herodotus semua “otopsi” catatan-catatan itu di gunakan untuk membangun cerita lengkap yang menjelaskan mengapa dan bagaimana Perang Persia.

Setelah Herodotus meninggal, editor membagi “The Histories” menjadi sembilan buku.

Baca juga: Penyakit Apa yang Bisa Diredakan dengan Makan Rambutan? Berikut 7 Daftarnya

Lima buku pertama melihat ke masa lalu untuk mencoba menjelaskan naik turunnya Kekaisaran Persia.

Buku itu menggambarkan geografi setiap negara bagian yang di taklukkan Persia dan menceritakan tentang orang-orang dan adat istiadat mereka.

Empat buku berikutnya menceritakan kisah perang itu sendiri, dari invasi Yunani oleh kaisar Persia Darius dan Xerxes hingga kemenangan Yunani di Salamis, Plataea, dan Mycale pada 480 dan 479 SM.

Metode ensiklopedis Herodotus tidak menyisakan banyak ruang untuk analisis. Sebab, ia memperlakukan setiap bagian dari narasinya, dari tema utama hingga penyimpangan dan dari fakta hingga fiksi, dengan sama pentingnya.

Dia menunjukkan bagaimana keangkuhan Persia menyebabkan jatuhnya kerajaan besar. Dia lengkapi juga dengan menaruh banyak stok dalam cerita gosip tentang kepribadian yang buruk dan pelajaran moral.

Baca juga artikel lainnya di e-learning-min6jakarta.com

Warisan “The Histories”

Sejarawan saingan Herodotus pada masanya adalah Thucydides.

Berbeda dengan Herodotus, Thucydide hanya mengedepankan bukti “faktual” untuk memberikan penjelasan yang kurang subjektif tentang “apa yang telah terjadi”.

Ia sering mengkritik Herodotus karena memasukkan “dongeng” ke dalam narasi sejarah hanya untuk membuatnya lebih “menarik” dan menyenangkan untuk di baca.

Berkembang predikat yang menyebutkan bahwa Thucydides adalah “sejarawan pertama”, sedangkan Herodotus adalah “pembohong pertama”.

Namun, bagaimana  pun Herodotus di anggap berjasa menceritakan politik yang kaku dengan sentuhan sastra slot.